Jumat, 25 Oktober 2013

TULISAN ARAB DAN TERJEMAHANNYA



الخط العربى وتاريخه








































1.      Asal Pertumbuhan dan Perkembangan Tulisan Arab
              Seabagimana bentuk tulisan / huruf-huruf di dunia ini, seperti huruf latin, India, Tiongkok dan lain-lainnya tentu pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana, yang telah ditemukan, disepakati dan digunakan oleh generasi yang paling tua sebagai perwujudan ide dan kata-kata mereka dalam bentuk gambaran yang dapat dilihat oleh mata. Gambar – gambar itu merupakan lukisan bahasa mereka. Kemudian oleh generasi sesudahnya dengan proses penambahan atau pengurangan menurut kebutuhan mereka disempurnakan sehingga terwujudlah bentuk tulisan seperti yang ada pada dewasa ini. Demikian pula tulisan Arab.
One.                       Menurut penyelidikan tulisan Arab yang ada dan dipergunakan sekarang ini berasal dan merupakan proses yang terakhir dari tulisan Mesir kuno (pictography) atau Hieroglyph. Perhubungan antara suku-suku bangsa pada waktu itu, menyebabkan suku FINIQI (Phunisia) suku yang mendiami sekitar Laut Putih ( di lingkungan pegunungan Libanon) menciptakan tulisan yang berasal dari tulisan Mesir kuno itu, yang kemudian diberi nama sesuai dengan nama suku tersebut ialah tulisan (khath) Finiqi.
Dari tulisan Finiqi itu kemudian timbul tulisan Aram (suku Syam Kuno yang mendiami Palestina, Syam dan Iraq) dan tulisan Musnad (Suku Hunain di Yaman).Diduga suku ma’iniyah dari Yaman yang berpindah ke Arabia Utaralah yang membawa tulisan ini.
Sebagaimana bahasa, begitu juga tulisan, kalau berpindah dari daerah asalnya, pasti akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi daerahnya yang baru itu. Sehingga tulisan musnad telah berganti bentuk sesuai dengan suku yang mempergunakannya. Lalu timbulah tulisan Shatawi Tsamudi (715 SM.), Lithyani (slah satu kabilahArab, cabang dari Hudzail) di sebelah selatan dan (Himyari/Sitria) di sebelah utara Arabia.
Ciri-ciri tulisan pada waktu itu :
1.         Huruf-huruf ditulis dengan terpisah-pisah (sendiri-sendiri)  seperti huruf cetak latin.
2.         Hanya huruf mati yang ditulis, huruf hidup tidak
3.         Tidak memakai titik-titik
4.         Kadang-kadang satu huruf dipakai untuk dua huruf (yang sama bentuknya seperti “ba” dengan “ta” dan “taa”) dengan tanpa diberi tanda-tanda perbedaan seperti lazimnya tulisan Arab sekarang.
Kemudian tulisan Musnad dikalahkan oleh tulisan Kindi (suku yang berdiam di sebelahSelatan Jazirah Arab, sebelum Islam) dan Mabthi (Nabath, kerajaan pada abad I SM. Yang memanjang dari sebelah selatan Hijah sampai ke daerah-daerah Damaskus dengan daerahnya : Mad-yan, selatan Aqabah, Hijah ,Palestina dan Huron) yang pada hakekatnya juga merupakan rentetan dari tulisan Musnad lebih lengkap dan mencerminkan suku Smith yang paling maju pada waktu itu dan paling besar pengaruhnya, yaitu kebudayaan Aramin.
Ciri –ciri tulisan ini  ialah :
Huruf ditulisa bergandengan seperti sekarang
Tidak menuliskan huruf-huruf hidup dan tidak memakai titik-titik.
Bentuk tulisan Arab yang lebih disempurnakan lagi diketemukan oleh suku Hirah dan Anbar (Iraq yang bernama tulisanHiere dan Anbari)  yang juga merupakan penyempurnaan dari tulisan Musnad. Tulisan Arab tersebut mirip sekali dengantulisan Arab yang berlaku sekarang ini setelah mengalami beberapa proses, umpama huruf “tsa, dzal , dlad, dhad”, dan “ghin” , yang tidak digunakan / tidak terdapat pada bahasa-bahasa Smith Utara.
Demikian juga beberapa huruf yang sama bentuknya tetapi berlainan pengucapannya telah dibedakan. Demikian pula huruf-huruf hidup “alif, waw,ya” telah  digunakan.

Beberapa tahun sebelum Islam, orang-orang hijrah telah dapat menulis. Kecakapan menulis ini dikarenakan pengalaman mereka dengan orang-orang Arabia utara dan Selatan yang telah pandai menulis seperti suku Hunain di Yaman (tulisan Musnad) dan Nabath. Kecakapan menulis pada umumnya hanya dimiliki oleh beberapa orang Arab (sebelum islam).Khususnya beberapa orang Quraisy ditambah beberapa orang Madinah dan beberapa tetangga mereka orang Yahudi. Tetapi setelah kedatangan islam, kemudian banyaklah orang – orang yang pandai menulis. Karena salah satu jalan untuk menembus tawanan orang-orang kafir (Quraisy) yang ditawan karena kalah perang dengan orang-orang Islam. Mereka disuruh mengajar membaca dan menulis kepada orang-orang Islam terutama yang muda-muda yang pada waktu itu masih buta aksara.
Tulisan orang-orang Hijaz lazim disebut tulisan hijazi adalah merupakan perkembangan yang paling kahir dari rentetan pertumbuhan dan perkembangan tulisan Arab  dalam prosesnya mencari bentuk dan kesempurnaan dan harfiyahnya (kelengkapan huruf yang memenuhi kebutuhan bahasa).
Kesempurnaan tulisan arab pada waktu itu bukanlah berarti kesempurnaan tulisan Arab seperti  sekarang ini lengkap dengan syakal/harakat dan titik-titik tanda perbedaan huruf yang mempunyai persamaan bentuk tetapi berlainan ucapannya, karena penyempurnaan bentuk lebih lanjut baru dilakukan pada abad pertama Hijriyah.

2.      Penyempurnaan Tulisan Arab

            Guna dari titik-titik pada huruf Arab yang ada sekarang ini adalah untuk membedakan antara huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berlainan ucapannya. Umpamanya “ba, ta, taa” atau “ jim, ha, kha” dan lain-lainnya. Karena pada waktu itu belum diberi tanda, maka orang akan menemui kesukaran umpamanya apakah huruf dibaca “ba,ta” atau “taa” justru karena bentuknya sama.
Sedangkan kegunaan syakal harakat ialah untuk menentukan bacaan (bunyi) dari masing-masing huruf, yakni fathah, kasrah dlamah, atau sukun .Bagi mereka yang belum faham tata bahasa arab terutama etymology (sharaf) tentu saja akan sulit membaca suatu kalimat. Lebih-lebih kalau kalimat-kalimat itu mempunyai dasar huruf yang sama. Umpama “neshara” dengan “nushira” yang sama-sama terdiri dari huruf “nun” , “shad”, dan “ra”. Akan lebih berbahaya lagi kalau kesalahan itu berhubungan dengan syntaxis (nahwu), yang memang persoalan yang dibicarakan tentang harakat akhir setiap kalimat. Hal ini terutama khusus dalam membaca Al-Qur’an.
            Jadi kesulitan dan kesukaran dalam membaca tulisan Arab (al-Qur’an)  itu mula-mula yang menimbulkan gagasan dan fikiran bahkan nisiatif dari pemimpin-pemimpin Islam untuk mencari daya upaya dan jalan keluar guna menghindari dan menghilangkan timbulnya kesalahan-kesalahan dalam membaca sabda-sabda Alloh yaitu :



3.    Syakal / Harakat
            Pertama kali yang difikirkan bukan dalam hal membedakan huruf-huruf yang sama bentuknya namun berbeda ucapannya, tetapi bagaimana usahanya supaya  orang-orang tidak sampai slah dalam membaca Al-Qur’an. Dimana huruf yang seharusnya dibaca fathah jangan sampai dibaca kasrah, begitu juga sebaliknya dan sebagainya. Pokoknya masalahnya adalah masalah bacaan, bukan huruf.

            Pada masa khalifah Usman bin ‘Affan (khalifah ketiga dali Khulafa ur Rasyidin ) beliau menulis lima buah Al-Qur’an dengan tangan beliau sendiri  yang terkenal dengan nama mushaf  Al-Imam  yang kemudian dikirimkan ke daerah-daerah seperti Kufah, Bashrah dan lain-lain dan menggunakan huruf yang masih ssederhana (seperti huruf kufi)  dan kaku. Di samping tulisan tangan dengan huruf sederhana, huruf-huruf itu pun belum memakai titik-titik untuk membedakan huruf-huruf yang bentuknya sama tapi ucapannya berbeda, tanpa syakal atau harakat , juga belum terdapat tanda-tanda baca lainnya seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an sekarang ini. Tetapi bagi bangsa Arab sendiri tidak akanmengalami kesukaran maupun kesulitan untuk membaca huruf-huruf yang masih sederhana tersebut, karena mereka memang telah biasa baik dengan tulisan maupun bahasanya yang memang bahasanya sendiri.

            Akan tetapi setelah agama islam tersebar ke daerah yang lebih luas di muka bumi ini dan banyak orang yang bukan berbangsa Arab telah memeluk agama Islam, sedangkan Mushaf Al-Imam yang berada di daerah-daerah diturun orang persis seperti semula dengan tanpa ada yang berani merubah, maka mereka dalam mempelajari dan membaca Al-Qur’an sering terperosok kepada kesalahan-kesalahan (yang kadang-kadang sangat berbahaya, karena dalam bahasa dan tulisan Arab perbedaan syakal atau pun ejaan umpama “jim”  dibaca “kha” akan mengakibatkan adanya arti yang berbeda, atau huruf yang seharusnya difathah dibaca kasrah ini pun akan menimbulkan arti yang salah), lantaran tidak hanya adanya tanda-tanda yang memberikan tunjuk atau aba-aba dalam membaca huruf tersebut. Bahkan diantara bangsa Arab itu sendiripun mengalami kesulitan pula , dikarenakan mereka telah banyak bergaul bercamour aduk dengan bangsa-bangsa Asing yang mempunyai bahasa sendiri. Sehingga bahasa mereka bukan lagi bahasa Arab yang murni dan mereka tidak lagi merupakan orang-orang yang fasih.
            Pada permulaan masa pemerintahan Daulah Umawiyah, tatkala diperintah oleh Mu’awiyah, seorang bernama Ziyad ibn Abiehi (Ziyad ibn Abi Sufyan) telah meminta kepada seorang ahli bahasa Arab pada waktu itu, yang bernama Abu al-Aswad al-Dualy (wafat 69 H) untuk menciptakan syakal-syakal. Syakal-syakal atau harakat yang diciptakan itu terbentuk titik-titik yang diaturnya sebagai berikut :
-            Satu titik di atas huruf tepat berarti “fathah” (berbunyi “a”)
-            Satu titik di bawah huruf tepat berarti “kasrah” (berbunyi “i”)
-            Satu titik di sebelah huruf berarti “dlomah” (berbunyi “u”)
-      Sedangkan kalau titik-titik itu dua (double), maka bacaannya menjadi “tanwin”  (an, in, un).
            Tanda-tanda tersebut (titik-titik), ditulis dengan memakai tinta yang berbeda dengan tinta yang dipakai pada huruf-huruf Mushaf. (Ada keterangan yang mengatakan bahwa tanda-tanda tersebut hanya dicantumkan pada huruf-huruf yang terakhir  tiap kata, atau pada huruf-huruf tertentu yang bisa menimbulkan salah baca apabila tidak diberi syakal. Jadi menurut ini, Abu al-Aswad al-Dualy tidak mencantumkan titik-titik yang merupakan syakal itu pada tiap-tiap huruf Al-Qur’an).
4.      Membedakan huruf yang sama dengan titik
              Syakal yang berwujud titik-titik ciptaan Abu al-Aswad itu sudah dapat membantu membedakan huruf-huruf yang serupa bentuknya dalam bacaan, apakah dibaca a, u,i atau mati tetapi huruf-huruf itu belum dapat dibedakan manakah diantara dua (atau lebih) bentuk huruf yang sama itu yang harus dibaca “jim”  dan mana yang “ha” umpamanya. Atau mana yang “’ain” dan mana yang “ghain” dan sebagainya.
              Maka pada masa pemerintahan Abdul Malikibn Marwan (65-66 H/685-705 M.), diperintahkanlah oleh al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi (seorang Gubernur) kepada Nashr ibn Yahim dan Yahya ibn Ya’mar untuk memberi tanda pada huruf yang sama bentuknya agar dapat dibedakan dengan satu sama lain. Maka Nashr dan Yahya menciptkan tanda-tanda yang berupa garis-garis pendek satu, dua atau tiga yang diletakan di atas atau di bawah yang bersamaan bentuknya untuk membedakan ucapan masing-masing huruf itu. Umpama “ba” dengan garis pendek satu di bawah huruf “ta” dua garis pendek berdampingan di atas huruf dan “tsa” dengan tiga garis pendek di ats huruf di mana yang satu berada di tengah-tengah  (di atas ) keduanya.  Garis-garis pendek itu ditulis dengan tinta yang sama dengan tinta yang dipergunakan untuk menulis (huruf0 mushafagar berbeda dengan syakal (yang berupa titik-titik) yang diciptakan oleh Abu al- Aswad yang ditulis dengan tinta merah . Wujud tanda semacam itu tetap terapakai selama pemerintah Bani Umayyah sampai pada permulaan pemerintahan Abbasyyah (dinasti Abu al-Abas al-Asafah). Bahkan di Spanyol (Andalusia) tetap pula dipakai sampai abad ke empat hijriyah.

              Lama –lama ternyata pemberian tanda-tanda dengan sistem semacam itu , (titik-titik sebagai tanda syakal dan garis-garis pendek sebagai ciri perbedaan ucapan yang sama bentuknya) sangat menyulitkan bagi orang – orang yang membaca Al-Qur’an. Karena terlalu banyak tanda-tanda. Apalagi tanda-tanda yang diciptakan oleh Abu al-Aswad (titik-titik). Umpama karena mushaf itu ditulis sudah lama sekali sehingga titik-titik kelihatan seperti garis pendek atau garis-garis pendek yang makin lama karena tintanya sebagaian terhapus menjadi seperti titik-titik, begitu juga mungkin karena tinta yang merah itu lama kelamaan menjadi hitam sama dengan tinta huruf al-Qur’an yang dengan sendirinya sulit untuk membedakan antara syakal dan tanda perbedaan ucapan untuk huruf yang sama. Maka  timbulah inisiatif untuk merubah dan menyempurnakan. Sehingga bagi orang yang membaca Al-Qur’an tidak lagi menghadapi kesulitan-kesulitan seperti yang pernah terjadi itu.
5.    Penyempurnaan selanjutnya
              Seorang ahli ilmu nahwu (syntaxis) yang terkenal, al-Khalib ibn Ahmad (wafat 170 H) mengadakan perubahan-perubahan atas tanda-tanda yang diciptakan oleh Abu al-Aswad dan Nashr bersama Yahya, untuk tanda-tanda yang membedakan huruf-huruf yang bersamaan bentuknya hanya digunakan titik saja.Tidak garis-garis pendek lagi. Sedangkan untuk menentukan bunyi huruf-huruf al-Khalil memakai tanda-tanda yang diambilkan dari huruf-huruf yang diambilkan dari huruf-huruf yang menjadi sumber dari bunyi-bunyi tersebut. Yaitu “alif” sebagai sumber dari bunyi “a” , “ya” sumber dari “i” dan “waw” sebagai seumber dari “u”. Untuk menunjukan “tanwin” huruf tersebut dipakai rangkap (double). Ciptaan inilah yang menjadi dasar untuk tanda-tanda dalam tulisan Arab sampai sekarang. Untuk jelas dan lengkapnya penyempurnaan itu adalah sebagai berikut :
-            Huruf “alif”  kecil terletak miring di atas huruf, sebagai tanda “fathah” (sekarang menjadi miring di atas huruf saja).
-            Huruf “ya” kecil di bawah huruf , sebagai tanda kasrah. (sekarang menjdai garis miring di bawah huruf).
-            Huruf “waw” kecil di atas huruf , sebagai tanda dlomah. (Sekarang hanya kepalanya yang bulat sebagai ciri kepala “waw” saja yang ditulis, kemudian bagian selanjutnya berupa garis miring seperti “fathah” dan “kasrah”).
-            Kepala huruf “sin” ditulis di atas huruf sebagai tanda ‘tasydid” .
-            Kepala huruf “kha” di atas huruf sebagai tanda “sukun” (“kha” itu merupakan pengambilan dari huruf  perama kata “takhfil” (asal kata khafala) yang berarti “ringan”).
-            Kepala huruf “’ain” ditulis di atas atau di bawah huruf sebagai tanda “hamzah” (yang diambilkan dari huruf yang terakhir kata “hamzah gatha” yang berakhiran huruf “ain” dimana tanda itu untuk membedakan apakah huruf yang berbentuk garis tegak itu “alif” atau ‘hamzah”.
-            Huruf “alif” , “ya” dan “waw” ditulis di belakang huruf lainnya sebagai tanda “madd” (bacaan panjang).
-            Titik-titik digambarkan  (ditulis) benar-benar seperti tanda yang ada sekarang ini.

6.      Perkembanga model tulisan Arab
              Fase I : Sebagaimana dijelaskan di muka , bahwa ada fase pertama tulisan Arab masih berbentuk sederhana. Belum bertitik juga belum bersyakal. Hal ini berjalan sejak awal kalinya sampai dengan perrmulaan Daula Umawiyyah.
              Fase II : Kemudian pada tingkatan ke II ini , dimulai sejak awal Daulah Umawiyyah, dimana kemudian Abu al-Aswad al-Dualy , Nashr ibn Ashim, Yahya ibn Ya-mar (keduanya murid Abu al-Aswad) dan Khallil ibn Ahmad adalah tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam penyempurnaan tulisan Arab.

              Tulisan adalah merupakan bukti dari nilai kebudayaan suatu bangsa . Baik kemasyarakatan maupun perdagangannya. Bangsa yang paling dahulu menggunakan tulisan ialah bangsa Mesir dan Finiqi (Phunisia). Sedangkan orang-orang yang bertempat jauh dari pusat keramaian perdagangan biasanya tuna aksara (buta huruf) . Dari segi kebudayaan dan pembangunan di Arabia , maka penduduk Yaman lah yang paling maju. Mereka menggunakan tulisan yang diberi nama bahasanya., Musnd. Di samping tulisannya yang masih terputus-putus  (setiap huruf berdiri sendiri, tidak digandeng) mereka juga mempunyai anggapan bahwa penulis-penulis yang beragama Yahudi (pengikut nabi Musa) telah mendapatkan wahyu dariTuhan.

              Berdasarkan bukti-bukti dari Archeology (dinas purbakala) yang pernah mengadakan penyelidikan tentang perkembangan tulisan Arab, juga berdasarkan Ilmu Perbandingan Bahasa, telah diambil kesimpulan bahwa tulisan Finiqi adalah merupakan induk dari tulisan-tulisan Samiyah. Sedangkan perkembangannya adalah sebagai berikut :
-       Tulisan Mesir Kuno adalah merupakan sasar tulisan Finiqi.
-       Tulisan Finiqi bercabang menjadi dua : Arami dan Musnad.
-       Dari tulisan Arami, timbulah tulisan Nabhti di Huran dan al-Sathranjili al-Suryani di Iraq.
-       Dari tulisan Musnad kemudian tulisan-tulisan Shafawi , Tsamudi, dan Lihyani di Arabia Utara kemudian Humairi di Arabia Selatan.
-       Tulisan Nabhti dianggap sebagai asal dari model tulisan Nashi.
-       Sedangkan tulisan Sathranjili akhirnya melahirkan tulisan Kufi yang sebelum Islam bernama Hieri sesuai dengan nama timbulnya Hirah.

              Menurut sejarahnya , orang arabia Utara belajar menulis sementara mereka berdagang ke Syam . Sedangkan yang lain belajar dari Anbar (Iraq). Asal mula orang-orang Quraisy dapat menulis pada mulanya karena datangnya seorang yang bernama Visyr ibn Abd. Malak al-Kindi saudara Ukaidir ibn Abd. Malak al-kindi yang menguasai Daumatul Jandal. Bisyr pergi ke Mekaha dan kawin dengan anak Harb ibn Umayah kakek dari Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (Khalifah Umawi yang pertama). Dan dari Bisyr inilah  kemudian beberpa orang Quraisy belajar menulis. Selanjutnya tulisan yang dipergunakan oleh orang-orang Quraisy yang kemudian terkenal dengan tulisan Hijazi, yang masih sederhana dan kaku, setelah Kufah menjadi salah satu pusat pemerintahan Islam disempurnakan bentuknya (dalam arti seni) menjadi tulisan Kufi.

              Pada akhir Daulah Umawiyah itu, bertolak dari tulisan Kufi, terjadilah 50 (lima puluh) macam model tulisan. Sedangkan yang terkenal pada waktu itu diantaranya bernama : Mugharrar, Musyajjar, Murabba (yang kemudian berubah menjadi “riq’ah” setelah diolah lagi ) Mudawwar (yang kemudian dirubah menjadi “diwani”), Mutadakhkhal dan lain-lain.

              Pada prinsipnya tulisan-tulisan itu merupakan bentuk dan model yang digunakan sebagai hiasan belaka.
              Fase III : Tingkatan yang ketiga ini, dimulai pada awal pemerintahan Abbasiyah. Perkembangan dan kemajuan tulisan Arab sangat pesat sebagaimana pesatnya kebudayaan Islam pada waktu itu.  Para seniman ahli menulis Arab (calligrapher atau al-khaththath) berlomba-lomba untuk memperindah tulisannyadengan bermacam variasi.
             
              Sehingga model tulisan Arab satu daerah berbeda dengan daerah lain . Sedangkan setipa model diatandai dengan namanya sendiri sesuai dengan daerah dimana tulisan itu diciptakan atau nama penciptanya atau pun nama lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk menandai dan memberikan ciri khusus suatu model tulisan . Sehingga timbulah nama-nama tulisan seperti Murashshaat, Nassakh,Rajassi dan lain-lain yang pada hakekatnya bertolak dari tulisan Kufi. Macam dan model tulisan yang diciptakan para seniman ahli pada waktu itu setelah mengenyampingkan yang kurang popular, kemudian yang tinggal, yang sering dipergunakan untuk sehari-harian (tidak untuk menulis sesuatu yang resmi) ialah model tulisan Nashr. Tentu saja model hurufnya belum seperti sekarang. Kemudian oleh Abu Ali Muhammad ibn Muqlah (wafat 328 H.) dan saudaranya yang bernama Abdullah al-Hasan diolah dan diperindah lagi dari semula. Lantas seorang yang bernama Ali ibn Hilal (wafat 413 H.) lebih menyempurnakan tulisan naskh itu dengan ketentuan dan peraturan – peraturan yang lebih sistematis dan terperinci.

              Setelah model Naskh menemui bentuknya yang terakhir dan sempurna.
Berdasarkan model tulisan Naskh inila kemudian timbul  bermacam-macam tulisan seperti :
-Thoumar (lebar pena kurang lebih 3 (tiga) mili meter (mm.).
-Tsulutsain ((lebar pena 2 (dua) mm, dan terkenal dengan sebutan “jaldi”.
-Nishf (lebar pena ½ mm. ) juga dengan sebutan lain “riqa”
-Tsuluts (lebar pena 1 (satu) mm. diciptakan oleh Ibrahim  al-Syakhari

                   Bentuk dan tulisan Arab terakhir yang mencapai 20 macam itu ,pada hakekatnya banyak yang bermiripan bentuknya. (Alphabet latin mencapai model yang berjumlah 28 macam).
              Kemudian perkembangan selanjutnya setelah mengenyampingkan model-model tulisan yang sangat bermiripan dalam bentuknya , tulisan Arab dengan bentuk dan modelnya yang asasi hanya tinggal 6 (enam ) macam dan keenam macam inilah yang sering digunakan baik untuk dipergunakan dalam majalah-majalah/surat-surat kabar maupun hiasan dekorasi sesuai dengan selera seni keenam model itu, kemudian diberi variasi dan                     sehinggan menelorkan dua model lagi yang                                                                     
Sehingga jumlah kesemuanya menjadi 8 (delapan) model. Keenam macam tulisan Arab yang mutakhir (modern) itu ialah :
1. KUFI          : Tulisan model kufiyang sesuai dengan namanya diciptakan dan sangat terkenal di kota Kufah (Iraq)  yang pada waktu kejayaan Daulah Abbasiyah dipergunakan sebagai hiasan pada bangunan-bangunan seperti: Masjid, gedung-gedung pemerintah, kubah dan menara-menara ditulis dalam bnetuk relief (diukir pada tembok). Terutama pada lengkung- lengkung gapura  (pintu gerbang)  masjid atau madrasah-madrasah. Sedangkan sekarang banyak dipergunakan untuk hiasan-hiasan pada majalah, surat kabar, buku, pamflat, maupun dekorasi dinding. Bentuk tulisan kaku (kubistis).
2. NASKHI:   Khat naskhi dipergunakan untuk menulis buku-buku ilmiah atau majalah /suarat kabar, terutama Al-Qur’an , Al-Hadits, tafsir, fiqih dan lain-lain. Tetapi kadang-kadang juga untuk hiasan /dekorasi Dapat dikatakan bahwa model Naskhi inilah yang paling banyak digunakan sebagai bentuk tulisan yang sudah terkenal di seluruh dunia.
3. RIQ’IH: Disamping untuk hiasan, model riq’ih ini sering dipergunakan untuk model tulisan dalam bentuk surat menyurat yang memang lebih praktis dan lebih mudah dari pada yang lain. Juga merupakan bentuk tulisan yang dapat digunakan sebagai alat untuk menulis cepat (stenografi).
4. FARISI: Yang paling banyak diperguanakan ialah utnuk head line (judul) dalam majalah atau surat-surat kabar di samping untuk buku yang bersifat ilmiah maupun hiburan disamping hiasan belaka. Tetapi di Pakistan , dan India tulisan yang berasal dari Persia (bahasa Arab Furs) adalah sebagai model tulisan yang sering digunakan sehari-hari baik surat menyurat atau pun karangan. Hal ini berhubungan erat dengan bahasa Urdu yang dipergunakan di sana.
5. TSULUTSI   : Tulisan tsulutsi ini kebanyakan hanya untuk hiasan belaka bik dalam media tulis maupun dekorasi.
6. DIWANI    : Sesuai dengan namanya, tulisan ini hanya dipergunakan untuk hal-hal yang berseni seperti judul karangan , nama-nama atau etiket yang lebih menitik beratkan nilai-nilai artistik. Duwani berarti catatan / kumpulan karangan. Jadi model ini merupakan model yang tersendiri yang inspirasinya didapatkan dari model-model yang lain.
Sedangkan dua model yang lain hanya berbeda dalam variasi (hiasan saja) yaitu :
7. RAHLANI : Bentuknya sama dengan Naskh hanya lebih banyak fariasi dan biasanya digunkan untuk hal-hal yang artistik (seni).
8. DIWANIJALY  : Ditilik dari namanya tentu saja khat ini merupakan cabang bentuk diwani tetapi lebih bervariasi dan dalam susunan atau cara menulisnya berbeda sedangkan kegunaannya seperti Khath Diwani.


PENUTUP

                   Sebai penutup uraian tentang tulisan Arab, asal pertumbuhannya serta perkembangannya , tidaklah berlebih-lebihan kalau kami tuliskan bahwa tulisan Arab adalah satu-satunya tulisan di dunia yang paling fleksible , elastis, luwes dan gampang untuk dibentuk sesuai dengan ruang dan tempat dengan tanpa kehilangan keasliannya . Lebih-lebih kalau tulisan Arab itu ditulis oleh seorang seniman naturalis dia akan dapat indah sebagaimana indahnya alam jagad raya ini. Indah dengan segala variasinya yang hidup, kesegaran bentuk tulisan Arab inilah yang membuat seorang seniman mampu menyetilir tulisan Arab menjadi bentuk-bentuk yang wujud seperti perahu, gelas, atau binatang-binatang seperti ayam, kuda dan sebagainya. Bahkan penyelitiran tumbuh-tumbuhan  merupakan seni yang teramat indah dalam perkembangan kesenian Islam yang digabungkan dengan tulisan Arab. Dalam istilah disebut Arabesque . penyelitiran ini pada hakekatnya merupakan kesadaran akan arti larangan untuk menggambar makhluk-makhluk  hidup sesuai dengan Hadits Nabi. Dan sebagai konpensasinya mereka berusaha mengabadikan ciptaan Tuhan yang berupa alam dengan segala isinya ini dalam bentuk yang lebih abstrak artistik. Daun-daun palm distilir sedemikian rupa sehingga menimbulkan kreasi baru dibidang seni rupa Islam khususnya. Bahkan karena kemampuan dan kepintaran seniman-seniman islam dalam mengolah khath kufi dangan variasi seni miniatur,menurut penyelidikan beberapa ahli mengatakan bahwa hurufGothie merupakan model tulisan yang inspirasi penciptaannya berasala dari khat kufi. Huruf jerman itu menyontoh beberapa tulisan atau hiasan yang sangat indah yang terpancang di gapura gedung-gedung istana maupun mesjid ketika Islam mengalami keagungannya di Spanyol dahulu.

                   Adalah bukan isapan jempol kalau kita benar-benar menyadari akan kebenaran kata-kata seorang orientalis yang mengeluarkan pendapatnya justru melihat kenyataan yang tidak mampu otak siapa saja membantunya. Kenyataan itu adalah keindahan dan keabadian huruf Al-Qur’an.

                   Renan berkata : “Kalau kami ingin menulis karangan yang akan abadi, maka tulislah karngan itu dengan huruf Arab…”

                  

             













LAMPIRAN

Model Tulisan Arab :
1.      Bentuk Nasakh



2.Bentuk tulisan Riqah



3.      Bentuk Tsulutsi


4.      Bentuk Farisi




5. Bentuk Dywani




5.      Bentuk Kufy



7.Bentuk Rihany



8. Bentuk Diwany Jali


            itulah sekedar contoh bentuk tulisan Arab yang populer saaat ini baik di negara Arab sendiri maupun di negara-negara yang menggunakan tulisan Arab (Seperti : Malaysia, Indonesia, Brun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar