الخط العربى وتاريخه
1.
Asal
Pertumbuhan dan Perkembangan Tulisan Arab
Seabagimana
bentuk tulisan / huruf-huruf di dunia ini, seperti huruf latin, India, Tiongkok
dan lain-lainnya tentu pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat
sederhana, yang telah ditemukan, disepakati dan digunakan oleh generasi yang
paling tua sebagai perwujudan ide dan kata-kata mereka dalam bentuk gambaran
yang dapat dilihat oleh mata. Gambar – gambar itu merupakan lukisan bahasa
mereka. Kemudian oleh generasi sesudahnya dengan proses penambahan atau
pengurangan menurut kebutuhan mereka disempurnakan sehingga terwujudlah bentuk
tulisan seperti yang ada pada dewasa ini. Demikian pula tulisan Arab.
One.
Menurut penyelidikan tulisan
Arab yang ada dan dipergunakan sekarang ini berasal dan merupakan proses yang
terakhir dari tulisan Mesir kuno (pictography) atau Hieroglyph. Perhubungan
antara suku-suku bangsa pada waktu itu, menyebabkan suku FINIQI (Phunisia) suku
yang mendiami sekitar Laut Putih ( di lingkungan pegunungan Libanon)
menciptakan tulisan yang berasal dari tulisan Mesir kuno itu, yang kemudian
diberi nama sesuai dengan nama suku tersebut ialah tulisan (khath) Finiqi.
Dari
tulisan Finiqi itu kemudian timbul tulisan Aram (suku Syam Kuno yang mendiami
Palestina, Syam dan Iraq) dan tulisan Musnad (Suku Hunain di Yaman).Diduga suku
ma’iniyah dari Yaman yang berpindah ke Arabia Utaralah yang membawa tulisan
ini.
Sebagaimana bahasa, begitu juga tulisan, kalau berpindah dari daerah
asalnya, pasti akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi daerahnya yang
baru itu. Sehingga tulisan musnad telah berganti bentuk sesuai dengan suku yang
mempergunakannya. Lalu timbulah tulisan Shatawi Tsamudi (715 SM.), Lithyani
(slah satu kabilahArab, cabang dari Hudzail) di sebelah selatan dan
(Himyari/Sitria) di sebelah utara Arabia.
Ciri-ciri tulisan pada waktu itu :
1.
Huruf-huruf ditulis dengan
terpisah-pisah (sendiri-sendiri) seperti
huruf cetak latin.
2.
Hanya huruf mati yang
ditulis, huruf hidup tidak
3.
Tidak memakai titik-titik
4.
Kadang-kadang satu huruf
dipakai untuk dua huruf (yang sama bentuknya seperti “ba” dengan “ta” dan
“taa”) dengan tanpa diberi tanda-tanda perbedaan seperti lazimnya tulisan Arab
sekarang.
Kemudian
tulisan Musnad dikalahkan oleh tulisan Kindi (suku yang berdiam di
sebelahSelatan Jazirah Arab, sebelum Islam) dan Mabthi (Nabath, kerajaan pada
abad I SM. Yang memanjang dari sebelah selatan Hijah sampai ke daerah-daerah
Damaskus dengan daerahnya : Mad-yan, selatan Aqabah, Hijah ,Palestina dan
Huron) yang pada hakekatnya juga merupakan rentetan dari tulisan Musnad lebih
lengkap dan mencerminkan suku Smith yang paling maju pada waktu itu dan paling
besar pengaruhnya, yaitu kebudayaan Aramin.
Ciri –ciri tulisan ini
ialah :
Huruf ditulisa bergandengan seperti sekarang
Tidak menuliskan huruf-huruf hidup dan tidak memakai
titik-titik.
Bentuk tulisan Arab yang lebih disempurnakan lagi diketemukan
oleh suku Hirah dan Anbar (Iraq yang bernama tulisanHiere dan Anbari) yang juga merupakan penyempurnaan dari
tulisan Musnad. Tulisan Arab tersebut mirip sekali dengantulisan Arab yang
berlaku sekarang ini setelah mengalami beberapa proses, umpama huruf “tsa, dzal
, dlad, dhad”, dan “ghin” , yang tidak digunakan / tidak terdapat pada
bahasa-bahasa Smith Utara.
Demikian juga beberapa huruf yang sama
bentuknya tetapi berlainan pengucapannya telah dibedakan. Demikian pula
huruf-huruf hidup “alif, waw,ya” telah
digunakan.
Beberapa tahun sebelum Islam, orang-orang
hijrah telah dapat menulis. Kecakapan menulis ini dikarenakan pengalaman mereka
dengan orang-orang Arabia utara dan Selatan yang telah pandai menulis seperti
suku Hunain di Yaman (tulisan Musnad) dan Nabath. Kecakapan menulis pada
umumnya hanya dimiliki oleh beberapa orang Arab (sebelum islam).Khususnya
beberapa orang Quraisy ditambah beberapa orang Madinah dan beberapa tetangga
mereka orang Yahudi. Tetapi setelah kedatangan islam, kemudian banyaklah orang
– orang yang pandai menulis. Karena salah satu jalan untuk menembus tawanan
orang-orang kafir (Quraisy) yang ditawan karena kalah perang dengan orang-orang
Islam. Mereka disuruh mengajar membaca dan menulis kepada orang-orang Islam
terutama yang muda-muda yang pada waktu itu masih buta aksara.
Tulisan orang-orang Hijaz lazim disebut
tulisan hijazi adalah merupakan perkembangan yang paling kahir dari rentetan
pertumbuhan dan perkembangan tulisan Arab
dalam prosesnya mencari bentuk dan kesempurnaan dan harfiyahnya
(kelengkapan huruf yang memenuhi kebutuhan bahasa).
Kesempurnaan tulisan arab pada waktu itu
bukanlah berarti kesempurnaan tulisan Arab seperti sekarang ini lengkap dengan syakal/harakat
dan titik-titik tanda perbedaan huruf yang mempunyai persamaan bentuk tetapi
berlainan ucapannya, karena penyempurnaan bentuk lebih lanjut baru dilakukan
pada abad pertama Hijriyah.
2. Penyempurnaan Tulisan Arab
Guna dari
titik-titik pada huruf Arab yang ada sekarang ini adalah untuk membedakan
antara huruf-huruf yang sama bentuknya tetapi berlainan ucapannya. Umpamanya
“ba, ta, taa” atau “ jim, ha, kha” dan lain-lainnya. Karena pada waktu itu
belum diberi tanda, maka orang akan menemui kesukaran umpamanya apakah huruf
dibaca “ba,ta” atau “taa” justru karena bentuknya sama.
Sedangkan kegunaan syakal harakat ialah untuk menentukan
bacaan (bunyi) dari masing-masing huruf, yakni fathah, kasrah dlamah, atau
sukun .Bagi mereka yang belum faham tata bahasa arab terutama etymology
(sharaf) tentu saja akan sulit membaca suatu kalimat. Lebih-lebih kalau
kalimat-kalimat itu mempunyai dasar huruf yang sama. Umpama “neshara” dengan
“nushira” yang sama-sama terdiri dari huruf “nun” , “shad”, dan “ra”. Akan
lebih berbahaya lagi kalau kesalahan itu berhubungan dengan syntaxis (nahwu),
yang memang persoalan yang dibicarakan tentang harakat akhir setiap kalimat.
Hal ini terutama khusus dalam membaca Al-Qur’an.
Jadi
kesulitan dan kesukaran dalam membaca tulisan Arab (al-Qur’an) itu mula-mula yang menimbulkan gagasan dan
fikiran bahkan nisiatif dari pemimpin-pemimpin Islam untuk mencari daya upaya
dan jalan keluar guna menghindari dan menghilangkan timbulnya
kesalahan-kesalahan dalam membaca sabda-sabda Alloh yaitu :
3. Syakal / Harakat
Pertama kali
yang difikirkan bukan dalam hal membedakan huruf-huruf yang sama bentuknya
namun berbeda ucapannya, tetapi bagaimana usahanya supaya orang-orang tidak sampai slah dalam membaca
Al-Qur’an. Dimana huruf yang seharusnya dibaca fathah jangan sampai dibaca
kasrah, begitu juga sebaliknya dan sebagainya. Pokoknya masalahnya adalah
masalah bacaan, bukan huruf.
Pada masa
khalifah Usman bin ‘Affan (khalifah ketiga dali Khulafa ur Rasyidin ) beliau
menulis lima buah Al-Qur’an dengan tangan beliau sendiri yang terkenal dengan nama mushaf Al-Imam
yang kemudian dikirimkan ke daerah-daerah seperti Kufah, Bashrah dan
lain-lain dan menggunakan huruf yang masih ssederhana (seperti huruf kufi) dan kaku. Di samping tulisan tangan dengan
huruf sederhana, huruf-huruf itu pun belum memakai titik-titik untuk membedakan
huruf-huruf yang bentuknya sama tapi ucapannya berbeda, tanpa syakal atau
harakat , juga belum terdapat tanda-tanda baca lainnya seperti yang terdapat
dalam Al-Qur’an sekarang ini. Tetapi bagi bangsa Arab sendiri tidak
akanmengalami kesukaran maupun kesulitan untuk membaca huruf-huruf yang masih
sederhana tersebut, karena mereka memang telah biasa baik dengan tulisan maupun
bahasanya yang memang bahasanya sendiri.
Akan tetapi
setelah agama islam tersebar ke daerah yang lebih luas di muka bumi ini dan
banyak orang yang bukan berbangsa Arab telah memeluk agama Islam, sedangkan
Mushaf Al-Imam yang berada di daerah-daerah diturun orang persis seperti semula
dengan tanpa ada yang berani merubah, maka mereka dalam mempelajari dan membaca
Al-Qur’an sering terperosok kepada kesalahan-kesalahan (yang kadang-kadang
sangat berbahaya, karena dalam bahasa dan tulisan Arab perbedaan syakal atau
pun ejaan umpama “jim” dibaca “kha” akan
mengakibatkan adanya arti yang berbeda, atau huruf yang seharusnya difathah
dibaca kasrah ini pun akan menimbulkan arti yang salah), lantaran tidak hanya
adanya tanda-tanda yang memberikan tunjuk atau aba-aba dalam membaca huruf
tersebut. Bahkan diantara bangsa Arab itu sendiripun mengalami kesulitan pula ,
dikarenakan mereka telah banyak bergaul bercamour aduk dengan bangsa-bangsa
Asing yang mempunyai bahasa sendiri. Sehingga bahasa mereka bukan lagi bahasa
Arab yang murni dan mereka tidak lagi merupakan orang-orang yang fasih.
Pada
permulaan masa pemerintahan Daulah Umawiyah, tatkala diperintah oleh Mu’awiyah,
seorang bernama Ziyad ibn Abiehi (Ziyad ibn Abi Sufyan) telah meminta kepada
seorang ahli bahasa Arab pada waktu itu, yang bernama Abu al-Aswad al-Dualy
(wafat 69 H) untuk menciptakan syakal-syakal. Syakal-syakal atau harakat yang
diciptakan itu terbentuk titik-titik yang diaturnya sebagai berikut :
-
Satu titik di atas huruf
tepat berarti “fathah” (berbunyi “a”)
-
Satu titik di bawah huruf
tepat berarti “kasrah” (berbunyi “i”)
-
Satu titik di sebelah huruf
berarti “dlomah” (berbunyi “u”)
- Sedangkan kalau titik-titik itu dua (double), maka bacaannya
menjadi “tanwin” (an, in, un).
Tanda-tanda
tersebut (titik-titik), ditulis dengan memakai tinta yang berbeda dengan tinta
yang dipakai pada huruf-huruf Mushaf. (Ada keterangan yang mengatakan bahwa
tanda-tanda tersebut hanya dicantumkan pada huruf-huruf yang terakhir tiap kata, atau pada huruf-huruf tertentu
yang bisa menimbulkan salah baca apabila tidak diberi syakal. Jadi menurut ini,
Abu al-Aswad al-Dualy tidak mencantumkan titik-titik yang merupakan syakal itu
pada tiap-tiap huruf Al-Qur’an).
4. Membedakan huruf yang sama dengan titik
Syakal
yang berwujud titik-titik ciptaan Abu al-Aswad itu sudah dapat membantu
membedakan huruf-huruf yang serupa bentuknya dalam bacaan, apakah dibaca a, u,i
atau mati tetapi huruf-huruf itu belum dapat dibedakan manakah diantara dua
(atau lebih) bentuk huruf yang sama itu yang harus dibaca “jim” dan mana yang “ha” umpamanya. Atau mana yang
“’ain” dan mana yang “ghain” dan sebagainya.
Maka pada
masa pemerintahan Abdul Malikibn Marwan (65-66 H/685-705 M.), diperintahkanlah
oleh al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi (seorang Gubernur) kepada Nashr ibn Yahim
dan Yahya ibn Ya’mar untuk memberi tanda pada huruf yang sama bentuknya agar dapat
dibedakan dengan satu sama lain. Maka Nashr dan Yahya menciptkan tanda-tanda
yang berupa garis-garis pendek satu, dua atau tiga yang diletakan di atas atau
di bawah yang bersamaan bentuknya untuk membedakan ucapan masing-masing huruf
itu. Umpama “ba” dengan garis pendek satu di bawah huruf “ta” dua garis pendek
berdampingan di atas huruf dan “tsa” dengan tiga garis pendek di ats huruf di
mana yang satu berada di tengah-tengah
(di atas ) keduanya. Garis-garis
pendek itu ditulis dengan tinta yang sama dengan tinta yang dipergunakan untuk
menulis (huruf0 mushafagar berbeda dengan syakal (yang berupa titik-titik) yang
diciptakan oleh Abu al- Aswad yang ditulis dengan tinta merah . Wujud tanda
semacam itu tetap terapakai selama pemerintah Bani Umayyah sampai pada
permulaan pemerintahan Abbasyyah (dinasti Abu al-Abas al-Asafah). Bahkan di
Spanyol (Andalusia) tetap pula dipakai sampai abad ke empat hijriyah.
Lama –lama
ternyata pemberian tanda-tanda dengan sistem semacam itu , (titik-titik sebagai
tanda syakal dan garis-garis pendek sebagai ciri perbedaan ucapan yang sama
bentuknya) sangat menyulitkan bagi orang – orang yang membaca Al-Qur’an. Karena
terlalu banyak tanda-tanda. Apalagi tanda-tanda yang diciptakan oleh Abu
al-Aswad (titik-titik). Umpama karena mushaf itu ditulis sudah lama sekali
sehingga titik-titik kelihatan seperti garis pendek atau garis-garis pendek
yang makin lama karena tintanya sebagaian terhapus menjadi seperti titik-titik,
begitu juga mungkin karena tinta yang merah itu lama kelamaan menjadi hitam
sama dengan tinta huruf al-Qur’an yang dengan sendirinya sulit untuk membedakan
antara syakal dan tanda perbedaan ucapan untuk huruf yang sama. Maka timbulah inisiatif untuk merubah dan
menyempurnakan. Sehingga bagi orang yang membaca Al-Qur’an tidak lagi
menghadapi kesulitan-kesulitan seperti yang pernah terjadi itu.
5. Penyempurnaan selanjutnya
Seorang
ahli ilmu nahwu (syntaxis) yang terkenal, al-Khalib ibn Ahmad (wafat 170 H)
mengadakan perubahan-perubahan atas tanda-tanda yang diciptakan oleh Abu
al-Aswad dan Nashr bersama Yahya, untuk tanda-tanda yang membedakan huruf-huruf
yang bersamaan bentuknya hanya digunakan titik saja.Tidak garis-garis pendek
lagi. Sedangkan untuk menentukan bunyi huruf-huruf al-Khalil memakai
tanda-tanda yang diambilkan dari huruf-huruf yang diambilkan dari huruf-huruf
yang menjadi sumber dari bunyi-bunyi tersebut. Yaitu “alif” sebagai sumber dari
bunyi “a” , “ya” sumber dari “i” dan “waw” sebagai seumber dari “u”. Untuk
menunjukan “tanwin” huruf tersebut dipakai rangkap (double). Ciptaan inilah
yang menjadi dasar untuk tanda-tanda dalam tulisan Arab sampai sekarang. Untuk
jelas dan lengkapnya penyempurnaan itu adalah sebagai berikut :
-
Huruf “alif” kecil terletak miring di atas huruf, sebagai
tanda “fathah” (sekarang menjadi miring di atas huruf saja).
-
Huruf “ya” kecil di bawah
huruf , sebagai tanda kasrah. (sekarang menjdai garis miring di bawah huruf).
-
Huruf “waw” kecil di atas
huruf , sebagai tanda dlomah. (Sekarang hanya kepalanya yang bulat sebagai ciri
kepala “waw” saja yang ditulis, kemudian bagian selanjutnya berupa garis miring
seperti “fathah” dan “kasrah”).
-
Kepala huruf “sin” ditulis
di atas huruf sebagai tanda ‘tasydid” .
-
Kepala huruf “kha” di atas
huruf sebagai tanda “sukun” (“kha” itu merupakan pengambilan dari huruf perama kata “takhfil” (asal kata khafala)
yang berarti “ringan”).
-
Kepala huruf “’ain” ditulis
di atas atau di bawah huruf sebagai tanda “hamzah” (yang diambilkan dari huruf
yang terakhir kata “hamzah gatha” yang berakhiran huruf “ain” dimana tanda itu
untuk membedakan apakah huruf yang berbentuk garis tegak itu “alif” atau
‘hamzah”.
-
Huruf “alif” , “ya” dan
“waw” ditulis di belakang huruf lainnya sebagai tanda “madd” (bacaan panjang).
-
Titik-titik
digambarkan (ditulis) benar-benar
seperti tanda yang ada sekarang ini.
6. Perkembanga model tulisan Arab
Fase I :
Sebagaimana dijelaskan di muka , bahwa ada fase pertama tulisan Arab masih
berbentuk sederhana. Belum bertitik juga belum bersyakal. Hal ini berjalan
sejak awal kalinya sampai dengan perrmulaan Daula Umawiyyah.
Fase II :
Kemudian pada tingkatan ke II ini , dimulai sejak awal Daulah Umawiyyah, dimana
kemudian Abu al-Aswad al-Dualy , Nashr ibn Ashim, Yahya ibn Ya-mar (keduanya
murid Abu al-Aswad) dan Khallil ibn Ahmad adalah tokoh-tokoh yang telah berjasa
dalam penyempurnaan tulisan Arab.
Tulisan
adalah merupakan bukti dari nilai kebudayaan suatu bangsa . Baik kemasyarakatan
maupun perdagangannya. Bangsa yang paling dahulu menggunakan tulisan ialah
bangsa Mesir dan Finiqi (Phunisia). Sedangkan orang-orang yang bertempat jauh
dari pusat keramaian perdagangan biasanya tuna aksara (buta huruf) . Dari segi
kebudayaan dan pembangunan di Arabia , maka penduduk Yaman lah yang paling
maju. Mereka menggunakan tulisan yang diberi nama bahasanya., Musnd. Di samping
tulisannya yang masih terputus-putus
(setiap huruf berdiri sendiri, tidak digandeng) mereka juga mempunyai
anggapan bahwa penulis-penulis yang beragama Yahudi (pengikut nabi Musa) telah
mendapatkan wahyu dariTuhan.
Berdasarkan
bukti-bukti dari Archeology (dinas purbakala) yang pernah mengadakan
penyelidikan tentang perkembangan tulisan Arab, juga berdasarkan Ilmu
Perbandingan Bahasa, telah diambil kesimpulan bahwa tulisan Finiqi adalah
merupakan induk dari tulisan-tulisan Samiyah. Sedangkan perkembangannya adalah
sebagai berikut :
- Tulisan Mesir Kuno adalah merupakan sasar tulisan Finiqi.
- Tulisan Finiqi bercabang menjadi dua : Arami dan Musnad.
- Dari tulisan Arami, timbulah tulisan Nabhti di Huran dan
al-Sathranjili al-Suryani di Iraq.
- Dari tulisan Musnad kemudian tulisan-tulisan Shafawi , Tsamudi,
dan Lihyani di Arabia Utara kemudian Humairi di Arabia Selatan.
- Tulisan Nabhti dianggap sebagai asal dari model tulisan Nashi.
- Sedangkan tulisan Sathranjili akhirnya melahirkan tulisan Kufi
yang sebelum Islam bernama Hieri sesuai dengan nama timbulnya Hirah.
Menurut
sejarahnya , orang arabia Utara belajar menulis sementara mereka berdagang ke
Syam . Sedangkan yang lain belajar dari Anbar (Iraq). Asal mula orang-orang
Quraisy dapat menulis pada mulanya karena datangnya seorang yang bernama Visyr
ibn Abd. Malak al-Kindi saudara Ukaidir ibn Abd. Malak al-kindi yang menguasai
Daumatul Jandal. Bisyr pergi ke Mekaha dan kawin dengan anak Harb ibn Umayah
kakek dari Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (Khalifah Umawi yang pertama). Dan dari
Bisyr inilah kemudian beberpa orang
Quraisy belajar menulis. Selanjutnya tulisan yang dipergunakan oleh orang-orang
Quraisy yang kemudian terkenal dengan tulisan Hijazi, yang masih sederhana dan
kaku, setelah Kufah menjadi salah satu pusat pemerintahan Islam disempurnakan
bentuknya (dalam arti seni) menjadi tulisan Kufi.
Pada akhir
Daulah Umawiyah itu, bertolak dari tulisan Kufi, terjadilah 50 (lima puluh)
macam model tulisan. Sedangkan yang terkenal pada waktu itu diantaranya bernama
: Mugharrar, Musyajjar, Murabba (yang kemudian berubah menjadi “riq’ah” setelah
diolah lagi ) Mudawwar (yang kemudian dirubah menjadi “diwani”), Mutadakhkhal
dan lain-lain.
Pada
prinsipnya tulisan-tulisan itu merupakan bentuk dan model yang digunakan
sebagai hiasan belaka.
Fase III :
Tingkatan yang ketiga ini, dimulai pada awal pemerintahan Abbasiyah.
Perkembangan dan kemajuan tulisan Arab sangat pesat sebagaimana pesatnya
kebudayaan Islam pada waktu itu. Para
seniman ahli menulis Arab (calligrapher atau al-khaththath) berlomba-lomba
untuk memperindah tulisannyadengan bermacam variasi.
Sehingga
model tulisan Arab satu daerah berbeda dengan daerah lain . Sedangkan setipa
model diatandai dengan namanya sendiri sesuai dengan daerah dimana tulisan itu
diciptakan atau nama penciptanya atau pun nama lain yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menandai dan memberikan ciri khusus suatu model tulisan .
Sehingga timbulah nama-nama tulisan seperti Murashshaat, Nassakh,Rajassi dan
lain-lain yang pada hakekatnya bertolak dari tulisan Kufi. Macam dan model
tulisan yang diciptakan para seniman ahli pada waktu itu setelah
mengenyampingkan yang kurang popular, kemudian yang tinggal, yang sering
dipergunakan untuk sehari-harian (tidak untuk menulis sesuatu yang resmi) ialah
model tulisan Nashr. Tentu saja model hurufnya belum seperti sekarang. Kemudian
oleh Abu Ali Muhammad ibn Muqlah (wafat 328 H.) dan saudaranya yang bernama
Abdullah al-Hasan diolah dan diperindah lagi dari semula. Lantas seorang yang
bernama Ali ibn Hilal (wafat 413 H.) lebih menyempurnakan tulisan naskh itu
dengan ketentuan dan peraturan – peraturan yang lebih sistematis dan
terperinci.
Setelah
model Naskh menemui bentuknya yang terakhir dan sempurna.
Berdasarkan model tulisan Naskh inila kemudian timbul bermacam-macam tulisan seperti :
-Thoumar (lebar pena kurang lebih 3 (tiga) mili meter (mm.).
-Tsulutsain ((lebar pena 2 (dua) mm, dan terkenal dengan sebutan
“jaldi”.
-Nishf (lebar pena ½ mm. ) juga dengan sebutan lain “riqa”
-Tsuluts (lebar pena 1 (satu) mm. diciptakan oleh Ibrahim al-Syakhari
Bentuk
dan tulisan Arab terakhir yang mencapai 20 macam itu ,pada hakekatnya banyak
yang bermiripan bentuknya. (Alphabet latin mencapai model yang berjumlah 28
macam).
Kemudian
perkembangan selanjutnya setelah mengenyampingkan model-model tulisan yang
sangat bermiripan dalam bentuknya , tulisan Arab dengan bentuk dan modelnya
yang asasi hanya tinggal 6 (enam ) macam dan keenam macam inilah yang sering
digunakan baik untuk dipergunakan dalam majalah-majalah/surat-surat kabar
maupun hiasan dekorasi sesuai dengan selera seni keenam model itu, kemudian
diberi variasi dan
sehinggan menelorkan dua model lagi yang
Sehingga jumlah kesemuanya menjadi 8 (delapan) model. Keenam
macam tulisan Arab yang mutakhir (modern) itu ialah :
1. KUFI :
Tulisan model kufiyang sesuai dengan namanya diciptakan dan sangat terkenal di
kota Kufah (Iraq) yang pada waktu
kejayaan Daulah Abbasiyah dipergunakan sebagai hiasan pada bangunan-bangunan
seperti: Masjid, gedung-gedung pemerintah, kubah dan menara-menara ditulis
dalam bnetuk relief (diukir pada tembok). Terutama pada lengkung- lengkung
gapura (pintu gerbang) masjid atau madrasah-madrasah. Sedangkan
sekarang banyak dipergunakan untuk hiasan-hiasan pada majalah, surat kabar,
buku, pamflat, maupun dekorasi dinding. Bentuk tulisan kaku (kubistis).
2. NASKHI: Khat naskhi
dipergunakan untuk menulis buku-buku ilmiah atau majalah /suarat kabar,
terutama Al-Qur’an , Al-Hadits, tafsir, fiqih dan lain-lain. Tetapi
kadang-kadang juga untuk hiasan /dekorasi Dapat dikatakan bahwa model Naskhi
inilah yang paling banyak digunakan sebagai bentuk tulisan yang sudah terkenal
di seluruh dunia.
3. RIQ’IH: Disamping untuk hiasan, model riq’ih ini sering
dipergunakan untuk model tulisan dalam bentuk surat menyurat yang memang lebih
praktis dan lebih mudah dari pada yang lain. Juga merupakan bentuk tulisan yang
dapat digunakan sebagai alat untuk menulis cepat (stenografi).
4. FARISI: Yang paling banyak diperguanakan ialah utnuk head
line (judul) dalam majalah atau surat-surat kabar di samping untuk buku yang
bersifat ilmiah maupun hiburan disamping hiasan belaka. Tetapi di Pakistan ,
dan India tulisan yang berasal dari Persia (bahasa Arab Furs) adalah sebagai
model tulisan yang sering digunakan sehari-hari baik surat menyurat atau pun
karangan. Hal ini berhubungan erat dengan bahasa Urdu yang dipergunakan di
sana.
5. TSULUTSI : Tulisan
tsulutsi ini kebanyakan hanya untuk hiasan belaka bik dalam media tulis maupun
dekorasi.
6. DIWANI : Sesuai
dengan namanya, tulisan ini hanya dipergunakan untuk hal-hal yang berseni
seperti judul karangan , nama-nama atau etiket yang lebih menitik beratkan
nilai-nilai artistik. Duwani berarti catatan / kumpulan karangan. Jadi model
ini merupakan model yang tersendiri yang inspirasinya didapatkan dari
model-model yang lain.
Sedangkan dua model yang lain hanya berbeda dalam variasi
(hiasan saja) yaitu :
7. RAHLANI : Bentuknya
sama dengan Naskh hanya lebih banyak fariasi dan biasanya digunkan untuk
hal-hal yang artistik (seni).
8. DIWANIJALY : Ditilik
dari namanya tentu saja khat ini merupakan cabang bentuk diwani tetapi lebih
bervariasi dan dalam susunan atau cara menulisnya berbeda sedangkan kegunaannya
seperti Khath Diwani.
PENUTUP
Sebai penutup uraian tentang
tulisan Arab, asal pertumbuhannya serta perkembangannya , tidaklah
berlebih-lebihan kalau kami tuliskan bahwa tulisan Arab adalah satu-satunya
tulisan di dunia yang paling fleksible , elastis, luwes dan gampang untuk
dibentuk sesuai dengan ruang dan tempat dengan tanpa kehilangan keasliannya .
Lebih-lebih kalau tulisan Arab itu ditulis oleh seorang seniman naturalis dia
akan dapat indah sebagaimana indahnya alam jagad raya ini. Indah dengan segala
variasinya yang hidup, kesegaran bentuk tulisan Arab inilah yang membuat
seorang seniman mampu menyetilir tulisan Arab menjadi bentuk-bentuk yang wujud
seperti perahu, gelas, atau binatang-binatang seperti ayam, kuda dan
sebagainya. Bahkan penyelitiran tumbuh-tumbuhan
merupakan seni yang teramat indah dalam perkembangan kesenian Islam yang
digabungkan dengan tulisan Arab. Dalam istilah disebut Arabesque . penyelitiran
ini pada hakekatnya merupakan kesadaran akan arti larangan untuk menggambar
makhluk-makhluk hidup sesuai dengan
Hadits Nabi. Dan sebagai konpensasinya mereka berusaha mengabadikan ciptaan
Tuhan yang berupa alam dengan segala isinya ini dalam bentuk yang lebih abstrak
artistik. Daun-daun palm distilir sedemikian rupa sehingga menimbulkan kreasi
baru dibidang seni rupa Islam khususnya. Bahkan karena kemampuan dan kepintaran
seniman-seniman islam dalam mengolah khath kufi dangan variasi seni
miniatur,menurut penyelidikan beberapa ahli mengatakan bahwa hurufGothie
merupakan model tulisan yang inspirasi penciptaannya berasala dari khat kufi.
Huruf jerman itu menyontoh beberapa tulisan atau hiasan yang sangat indah yang
terpancang di gapura gedung-gedung istana maupun mesjid ketika Islam mengalami
keagungannya di Spanyol dahulu.
Adalah bukan isapan jempol
kalau kita benar-benar menyadari akan kebenaran kata-kata seorang orientalis
yang mengeluarkan pendapatnya justru melihat kenyataan yang tidak mampu otak
siapa saja membantunya. Kenyataan itu adalah keindahan dan keabadian huruf
Al-Qur’an.
Renan berkata : “Kalau
kami ingin menulis karangan yang akan abadi, maka tulislah karngan itu dengan
huruf Arab…”
LAMPIRAN
Model Tulisan Arab :
1.
Bentuk Nasakh
2.Bentuk tulisan Riqah
3.
Bentuk Tsulutsi
4.
Bentuk
Farisi
5. Bentuk
Dywani
5.
Bentuk Kufy
7.Bentuk Rihany
8. Bentuk Diwany Jali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar